Tadi saya iseng saja menaruh nama saya di mesin pencari Google, dan saya menemukan link ini. Pikiran saya seketika langsung kembali pada masa dimana saya masih mengenakan seragam putih biru yang tidak begitu rapi karena kebesaran. Saya dikabari oleh Budhe bahwa saya harus datang pada acara peringatan Hari Keluarga Nasional di balaikota. Kabarnya, tulisan yang saya masukkan dalam lomba mengarang itu meraih juara. Tapi berita itu masih simpang siur adanya. Ya sudahlah, pokoknya saya datang, entah menang atau tidak.
Ternyata memang benar saya menang, juara pertama. Saya benar-benar tidak menyangka waktu itu. Saya berjalan ke depan menghampiri walikota dan istri kemudian menerima piala serta amplop berisi uang, kalau tidak salah 50 atau 100 ribu saya lupa pastinya, yang jelas uang itu langsung habis untuk makan-makan.
Yang akan saya bahas disini bukanlah uang 50 atau 100 ribu itu saya belikan makan apa.
Saya ingat, dulu saya sangat suka menulis dari mulai cerita pendek dengan topik tipikal percintaan remaja hingga mencoba membuat sebuah novel yang hingga sekarang calon novel itu tidak lebih dari setengah halaman kuarto berukuran A4. Diluar membuat cerita-cerita fiksi, saya juga menikmati membuat karya tulis atau esai dengan topik-topik tertentu, misal seks, sosial, atau remaja.
Sekarang saya sudah jarang menulis kreatif seperti dulu. Tulisan-tulisan yang saya kerjakan akhir-akhir ini hanyalah 'paksaan' dari dosen agar nilai saya bisa keluar. Dan seharusnya saya sudah tahu, bahwa segala sesuatu yang dilakukan dengan terpaksa itu pasti hasilnya tidak akan memberikan hasil yang menggembirakan. Seperti halnya pada semester 3 ini, dengan keterpaksaan dalam mengerjakan tugas Pengantar Linguistik Umum, saya harus puas dengan nilai yang tidak cukup memuaskan.
Saya ingin kembali memiliki passion menulis seperti dulu. Mencari dan memahami sumber-sumber terpercaya kemudian menuangkan ledakan pemikiran murni saya dalam karya tulis yang memiliki arti dan manfaat, bukan hanya sekedar random thought yang tak bermakna. Saya ingin menulis tanpa paksaan maupun tekanan. Saya ingin merasakan adrenalin yang memuncak saat tulisan saya selesai kemudian saya membaca ulang tulisan saya tersebut, berharap tidak ada kecacatan. Saya ingin merasakan euforia saat nama saya dipanggil berkaitan dengan karya tulis saya. Yak, dimulai dari sekarang!
Ternyata memang benar saya menang, juara pertama. Saya benar-benar tidak menyangka waktu itu. Saya berjalan ke depan menghampiri walikota dan istri kemudian menerima piala serta amplop berisi uang, kalau tidak salah 50 atau 100 ribu saya lupa pastinya, yang jelas uang itu langsung habis untuk makan-makan.
Yang akan saya bahas disini bukanlah uang 50 atau 100 ribu itu saya belikan makan apa.
Saya ingat, dulu saya sangat suka menulis dari mulai cerita pendek dengan topik tipikal percintaan remaja hingga mencoba membuat sebuah novel yang hingga sekarang calon novel itu tidak lebih dari setengah halaman kuarto berukuran A4. Diluar membuat cerita-cerita fiksi, saya juga menikmati membuat karya tulis atau esai dengan topik-topik tertentu, misal seks, sosial, atau remaja.
Sekarang saya sudah jarang menulis kreatif seperti dulu. Tulisan-tulisan yang saya kerjakan akhir-akhir ini hanyalah 'paksaan' dari dosen agar nilai saya bisa keluar. Dan seharusnya saya sudah tahu, bahwa segala sesuatu yang dilakukan dengan terpaksa itu pasti hasilnya tidak akan memberikan hasil yang menggembirakan. Seperti halnya pada semester 3 ini, dengan keterpaksaan dalam mengerjakan tugas Pengantar Linguistik Umum, saya harus puas dengan nilai yang tidak cukup memuaskan.
Saya ingin kembali memiliki passion menulis seperti dulu. Mencari dan memahami sumber-sumber terpercaya kemudian menuangkan ledakan pemikiran murni saya dalam karya tulis yang memiliki arti dan manfaat, bukan hanya sekedar random thought yang tak bermakna. Saya ingin menulis tanpa paksaan maupun tekanan. Saya ingin merasakan adrenalin yang memuncak saat tulisan saya selesai kemudian saya membaca ulang tulisan saya tersebut, berharap tidak ada kecacatan. Saya ingin merasakan euforia saat nama saya dipanggil berkaitan dengan karya tulis saya. Yak, dimulai dari sekarang!