Thursday, July 3, 2014

Aku melihatmu biru

Awal liburan pergantian semester kemarin saya menyempatkan diri untuk kembali kampung halaman tercinta, Yogyakarta. Saya senang sekali bisa berkumpul bersama dengan keluarga dan teman-teman. Lalu suatu hari, Mamah saya menanyakan kabar seorang teman sewaktu saya di SMA. Benar juga, saya sudah lama tidak bertukar kabar dengannya. Saya hubungi dia lewat jejaring sosial, and long story short, dia berada di ruang tamu rumah saya. Tidak berapa lama ia mengajak saya untuk berbincang di teras, ia ingin merokok.

Kami berbincang mengenai banyak hal, ia bercerita mengenai pengalaman mengajarnya dan saya bercerita mengenai pengalaman saya berkuliah di Bangkok. Karena saya bukan pencerita yang baik, saya lebih banyak mendengar cerita darinya. Ia berbagi sudut pandangnya dalam menjalani hidup. Menarik sekali.

Saya lupa bagaimana pastinya, tapi pembicaraan kami kemudian berpusat pada bagaimana saya ingin hidup dengan berkesenian. Ia dengan sangat antusias mengatakan bahwa ia mendukung keinginan saya ini. Ia bahkan berjanji akan melakukan apapun semampunya bila saya akan melaksanakan pameran. Ia meminta saya untuk menunjukkan gambar-gambar saya. Saya bawa semua buku sketsa dari kamar saya di lantai atas. Dia memandangi satu persatu coretan yang saya buat. "Gambarmu bagus, Dam," kalimat itu meluncur dari mulutnya. Saya senang.

Ia kemudian meminta saya untuk menuangkan pendapat saya mengenai dirinya dalam gambar. Saya setuju. Kami sepakat untuk saling bertukar karya, ia berjanji akan membuat melodi yang merepresentasikan pendapatnya mengenai saya.

Acrylic and Chinese Ink on Canvas

Inilah lukisan yang saya berikan padanya. Ini merupakan lukisan pertama saya dengan menggunakan media akrilik. Saya beri judul 'Aku melihatmu biru'. Saya berjanji padanya bahwa saya akan membuat tulisan mengenai lukisan ini. Mengelaborasi dalam kata bagaimana saya memandangnya.

Biru. Warna ini tidak ada hubungannya sama sekali dengan namanya di media sosial. Saya gemar 'melihat' warna orang-orang di sekitar saya, dan biru adalah warna yang paling tepat untuk menggambarkan dia. Mengapa biru? Karena langit.

Langit. Jika berbicara mengenai langit saya selalu mengasosiasikannya dengan awan. Ia seperti kombinasi langit da awan di langit yang cerah, santai dan meneduhkan.

Tanpa wajah. Saya menggambarnya tanpa wajah karena saya tidak pernah bisa menebak bagaimana perasaan dia. Ia tidak pernah menampakkan emosinya secara gamblang. Setidaknya tidak di depan saya.

Keyboard. Mungkin ini yang paling mudah dimaknai, ia dapat memainkan segala jenis instrumen musik. Ia adalah guru dan partner bermusik saya.

Persegi. Bagian favorit saya. Persegi ini menggambarkan kesederhanaan dia dalam berpikir. Ia tidak neko-neko. Namun perhatikan sebagian kepalanya berada di luar kotak. Kesederhanaannya dalam berpikir inilah yang menurut saya istimewa. Ia sering menanyakan hal-hal yang tak pernah terpikirkan oleh saya sebelumnya. Jaman sekarang orang kadang berfikir terlalu keras. Saya yakin bahwa ia pernah juga berpikir terlalu keras, namun ia berada pada taraf yang berbeda. Ia dewasa dalam pikiran kekanak-kanakannya, ia sekaligus kekanak-kanakan dalam kedewasaannya.

Itulah bagaimana saya memandang teman yang memimpin kelas saya dulu.

Selamat Ulang Tahun, Pak Ketua :)

4 comments:

  1. Perkenalkan, saya dari tim kumpulbagi. Saya ingin tau, apakah kiranya anda berencana untuk mengoleksi files menggunakan hosting yang baru?
    Jika ya, silahkan kunjungi website ini www.kumpulbagi.com untuk info selengkapnya.

    Oh ya, di sana anda bisa dengan bebas mendowload music, foto-foto, video dalam jumlah dan waktu yang tidak terbatas, setelah registrasi terlebih dahulu. Gratis :)

    ReplyDelete

© All images by Damar Rakhmayastri, unless, will be credited. Template developed by Confluent Forms LLC. Powered by Blogger.