Sunday, January 15, 2012
Monday, January 9, 2012
I thought I suck at being girlfriend. Now I even suck at being friend.
In the middle of 2011, I've got a new friend, I mean a friend friend, not just a friend (got it? because if you ask about friend, I've got plenty of them, and they are real nice!). Her name is Dita Oktamaya. I call her Popo for a reason you would know if you read what Popo wrote in her blog. Yes, Popo wrote a blog post for me. Yay!
And for some reason, i feel obliged to write as well a blog post for her.
Dear Popo,
To be honest, I never value friendship as much as you do. Baru kali ini aku nemuin orang macam kamu, Po. (Setahuku) Baru kali ini ada yang nangis seneng tau aku baik-baik aja habis kecelakaan. (Setahuku) Baru kali ini ada yang ngasih aku barang yang dia sukai walaupun barang itu tinggal satu-satunya. Dan (setahuku) baru kali ini ada yang menganggap aku sebegitu (entah apa)nya sampai kalau aku ngga ada di kampus kamu bisa jadi gamang (meminjam kata-katanya Cinan).
Pas awal kenal, aku akuin aku memang menganggap Popo hanya sebagai teman kantor, yang kukirimi pesan singkat hanya kalau ada keperluan kerja aja. Maaf ya Po :'( Tapi sekarang, kalo Popo nanya, "Aku keliatan ngga sih sama Damar?" atau bilang, "Aku kan ngga keliatan sama Damar," di dalam hati aku pasti bilang, "keliatan banget Po."
Popo pernah SMS gini ke aku:
Popo pernah bilang kalau aku jarang cerita tentang diriku sendiri. Dari dulu aku emang gitu Po. Aku emang jarang terbuka dengan orang. Baru akhir-akhir ini aja aku punya beberapa teman curhat. Dan sampai saat inipun aku masih suka ngerasa 'bersalah' kalo habis curhat. Menurutku, orang ngga perlu tahu apa masalahku karena aku pun jarang mempermasalahkan masalahku. Tapi di sisi lain, aku suka kok dengerin orang curhat (ya walau aku ngga tau harus bereaksi apa setelah orang itu curhat dan besokannya aku belum tentu inget curhatannya apa).
Pas dengerin rahasia Popo mengenai aku keluar dari humas, yang ada di pikiran aku cuma satu: I never thought that friendship could be this complicated! My new year didn't start out good, I already lost a good friend of mine (well, if he wasn't, at least i think he could be), I don't want to lose another friend. Jadi, maaf yah aku ngga pernah berusaha berkorban untuk Popo. I am insensitive yet unable to react fast, jadi maaf juga kalo aku ngga peka dengan apa yang Popo mau dan ga bisa ngasih reaksi langsung ke curhatan-curhatan Popo.
Popo jangan sering-sering nangis yah, it really really really breaks my heart to see you cry.
P.S. Aku ngga ngomong lewat SMS loh ini ;)
P.P.S. Sorry for forgetting your birthday, hope it won't happen again! Tapi kalau masih lupa, please remind me with your birthday party invitation yah :D :D
And for some reason, i feel obliged to write as well a blog post for her.
Letter For Popo
(before you read this, i warn you, i couldn't write as poetic as you >.<)
(before you read this, i warn you, i couldn't write as poetic as you >.<)
Dear Popo,
To be honest, I never value friendship as much as you do. Baru kali ini aku nemuin orang macam kamu, Po. (Setahuku) Baru kali ini ada yang nangis seneng tau aku baik-baik aja habis kecelakaan. (Setahuku) Baru kali ini ada yang ngasih aku barang yang dia sukai walaupun barang itu tinggal satu-satunya. Dan (setahuku) baru kali ini ada yang menganggap aku sebegitu (entah apa)nya sampai kalau aku ngga ada di kampus kamu bisa jadi gamang (meminjam kata-katanya Cinan).
Pas awal kenal, aku akuin aku memang menganggap Popo hanya sebagai teman kantor, yang kukirimi pesan singkat hanya kalau ada keperluan kerja aja. Maaf ya Po :'( Tapi sekarang, kalo Popo nanya, "Aku keliatan ngga sih sama Damar?" atau bilang, "Aku kan ngga keliatan sama Damar," di dalam hati aku pasti bilang, "keliatan banget Po."
Popo pernah SMS gini ke aku:
kita temenan sampe tua, sampe kita saling ngunjungi di panti jompo,sampe kita ga pny gigi,sampe kita ga pny apa2 untuk dibagi kecuali pundak kita sendiri,sampe salah satu dr kita ngunjungi di tmpt trakhir kita,ya?Aku mungkin bisa ngeiyain bagian kita temenan sampe tua, tapi untuk yang lainnya aku belum siap untuk ngeiyain. Aku takut aja aku ngga bisa menuhin janji-janji aku. Aku takut ngecewain Popo di akhir nanti.
Popo pernah bilang kalau aku jarang cerita tentang diriku sendiri. Dari dulu aku emang gitu Po. Aku emang jarang terbuka dengan orang. Baru akhir-akhir ini aja aku punya beberapa teman curhat. Dan sampai saat inipun aku masih suka ngerasa 'bersalah' kalo habis curhat. Menurutku, orang ngga perlu tahu apa masalahku karena aku pun jarang mempermasalahkan masalahku. Tapi di sisi lain, aku suka kok dengerin orang curhat (ya walau aku ngga tau harus bereaksi apa setelah orang itu curhat dan besokannya aku belum tentu inget curhatannya apa).
Pas dengerin rahasia Popo mengenai aku keluar dari humas, yang ada di pikiran aku cuma satu: I never thought that friendship could be this complicated! My new year didn't start out good, I already lost a good friend of mine (well, if he wasn't, at least i think he could be), I don't want to lose another friend. Jadi, maaf yah aku ngga pernah berusaha berkorban untuk Popo. I am insensitive yet unable to react fast, jadi maaf juga kalo aku ngga peka dengan apa yang Popo mau dan ga bisa ngasih reaksi langsung ke curhatan-curhatan Popo.
Popo jangan sering-sering nangis yah, it really really really breaks my heart to see you cry.
Your Forgetful Friend,
Damar
Damar
P.S. Aku ngga ngomong lewat SMS loh ini ;)
Subscribe to:
Posts (Atom)