Saya berada pada satu titik dimana saya sangat merindukan Adam. Entah mengapa. Saya rindu mendengar nafasnya. Saya rindu memeluk perutnya. Saya rindu digendong olehnya kemudian dia berputar-putar hingga kami terjatuh dan hampir tak sadarkan diri. Saya rindu melihatnya menghisap rokok dalam-dalam kemudian menghembuskan asap rokok sembari menjilati bibirnya. Saya rindu saat ia mencoba melucu namun saya tidak mengerti apa maksudnya dan dia berkata: 'lupakan!'. Saya rindu cara matanya memandang saya, cara mulutnya yang menyunggingkan senyum yang aneh saat saya membalas pandangannya. Saya rindu melihatnya bermain gitar, kemudian menyenandungkan lagu dari Efek Rumah Kaca dan saya rindu merasa tidak nyaman karena pada waktu itu saya tidak begitu menyukai lagu mereka.
Sesaat saya menyesal karena telah bersikap egois.
Sesaat saya menyadari, tidak ada gunanya menyesal.
Adam yang ingin saya kecup pipinya sudah tidak ada lagi.
Adam yang ingin saya peluk dari belakang sudah tidak ada lagi.
Adam yang ingin saya lihat dalam-dalam pada matanya sudah tidak ada lagi.
Adam yang saya rindukan sudah tidak ada lagi.
Sesaat saya menyesal karena telah bersikap egois.
Sesaat saya menyadari, tidak ada gunanya menyesal.
Adam yang ingin saya kecup pipinya sudah tidak ada lagi.
Adam yang ingin saya peluk dari belakang sudah tidak ada lagi.
Adam yang ingin saya lihat dalam-dalam pada matanya sudah tidak ada lagi.
Adam yang saya rindukan sudah tidak ada lagi.